star

Jumat, 01 Maret 2013

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT





MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran Matematika
Pada Jurusan Tadris Matematika Semester V












  Disusun Oleh
Ijah Nurhadijah
1410150139

Dosen Pengampu:
Widodo Winarso, M.Pdi
            
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pengembangan dalam dunia pembelajaran yang bergulir dari masa kemasa memperkaya khanzah pembelajaran itu sendiri. Sebagai dunia yang dinamis dan terus berubah, pembelajaran semakin menyempurnakan diri sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. Pembelajaran semakin mengarah pada era kemandirian belajar, didukung dengan sarana telekomunikasi yang semakin baik akan lebih mendekatkan ruang, menghemat waktu, proses pembelajaran semakin fleksibel bagi semua orang.
Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya suatu pembaharuan dalam tingkah laku, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada beberapa faktor yang dibedakan menjadi dua faktor. Faktor tersebut antara lain, faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi, 2004 : 138).
Memenuhi tuntutan perkembangan jaman yang semakin maju, aspek pendidikan diharuskan membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi lebih aktif dan kreatif. Keaktifan siswa hendaklah melibatkan siswa itu sendiri agar secara langsung belajar dan menemukan sebuah jawaban. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk berkomunikasi membuat kondisi kelas tidak aktif. Hal seperti ini menyebabkan rendahnya prestasi siswa. Guru hendaknya memancing keaktifan siswa melalui model-model pembelajaran yang sesuai.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. Siswa dalam belajar diharapkan mampu mengalami perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sikap-sikap yang harus diambil guru dalam proses pembelajaran hendaknya sesuai dan mampu membangkitkan minat belajar siswa.
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi, matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2003 : 42).
Hasil penelitian Suryadi (1999) pada Pembelajaran MTK menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah cooperative learning. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswamemahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, (2000) dalam Isjoni (2009 : 27), yaitu : 1) Hasil Belajar Akademik, 2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu, 3) Pengembangan Keterampilan Sosial.
Slavin (1994:175) mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa adalah pembelajaran dengan model cooperative script. Dengan meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah di peroleh sebelumnya, dapat pula mempermudah meningkatkan kreativitas siswa karena kreativitas siswa merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang sudah ada. Cooperative script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dalam makala ini akan membahas salah satu cara pembelajaran matematika yaitu dengan menggunakan “Model Pembelajaran Cooperative Script”.




B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Cooperative Script?
2.    Apa prinsip-prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative Script ?
3.    Apa kelemahan-kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script?
4.    Bagaimana langkah-langkah diri Model Pembelajaran Cooperative Script?
5.    Bagaimana cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script pada pembelajaran matematika di sekolah?

C.  Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makala ini adalah agar kita dapat mengetahui definisi dari Model Pembelajaran Cooperative Script, prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative Script, kelemahan-kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script, langkah-langkah diri Model Pembelajaran Cooperative Script, serta bagaimana cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script pada pembelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat membantu kita sebagai calon pendidik matematika sebagai salahsatu alternatif atau referensi untuk kita mengajar kelak. Kitasebagai pendidik menjadi termotivasi untuk selalu menyajikan sistem pembelajaran yang tepat dan menyenangkan karena siswa lebih tertarik dan mudah dalam memahami materi, sehingga prestasi dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika lebih meningkat.










BAB II
PEMBAHASAN

A.  Model Pembelajaran Cooperative Script
Metode Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang memiliki arti masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang metode yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan metode yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.
Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi persekutuan. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative skripsi adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Jadi pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012).
Miftahul A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran cooperative script yaitu :
1.    Model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994) adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.
2.    Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi(2007:18) adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
3.    Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa modelpembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrakbelajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai caraberkolaborasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadisuatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untukberkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-carayang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadidalam kehidupan sosial siswa.



B.  Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script
Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning, active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya yaitu :
1.    Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2.    Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.    Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama .
4.    Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5.    Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.    Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.
7.    Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif (Online, “karakteristik dan prinsip cooperative learning” : 2009)


C.  Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script
1.    Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut, Miftahul A’la (2011: 98):
a.    Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
b.    Setiap siswa mendapatkan peran.
c.    Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Istarani (2011), Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru  yang diyakininya benar.Model pembelajaran ini  mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik  dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.
 
2.    Kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut,Miftahul A’la (2011: 98):
a.    Hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b.    Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

D.  Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Riayanto (2009:280), Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajran coopertive script adalah sebagai berikut :
1.    Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.    Guru membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.    Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.    Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar :
a.    Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b.    Membantu mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.    Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali..
6.    Merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.
7.    Penutup.

E.  Aplikasi Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Berikut ini akan disajikan salahsatu cara mengaplikasikan model pembelajaran cooperative script pada pembelajaran matematika pada materi “Trigonometri” SMA/MA di kelas X. Disini penulis memodifikasi penggunakan model pembelajaran cooperative script tipe 3 dan memadukannya dengan model pembelajaran numbered head together (NHT), dengan tujuan agar guru bisa mengontrol sejauh mana pemahaman masing-masing siswa tentang materi. NHT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk menigkatkan penguasaan akademik. Dalam model NHT setiap siswa akan diberikan nomer kemudian guru akan memanggil salah satu nomer siswa dengan nomer yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya. Agar sistem belajar lebih menarik dansiswa lebih termotivasidiadakan sistim kompetisi antar kelompok, yaitu menjawab latihan-latihan soal. Cara ini dimaksudkan agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenagkan dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Langkah-langkah aplikasi dari model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut :
1.    Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan kemudian meminta salah satu seorang murid untuk memimpin do’a. Kemudian guru memberikan topik pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu tentang materi trigonometri dan memberikan sedikit pemjelasan tentang materi tersebut sebagai pengantar kepada siswa.

2.    Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran ini yaitu berupa Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar. Misalnya :
NO
STANDAR KOMPETENSI (SK)
KOMPETENSI DASAR (KD)
1
Menggunakan perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri.

3.    Guru membagi peserta didik dalam 2 tipe kelompok yaitu tipe A dan tipe B. Masing-masing kelompok dalam tiap-tipe beranggotakan 4 orang (A-1= 4 orang, A-2 = 4 orang dst, B-1= 4, B-2 = 4 orang, dst). Apabila menggunakan model pembelajaran cooperative script, guru tersebut alangkah lebih baiknya/harus terlebih dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama  lain. Hal ini juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada orang itu-itu saja.
4.    Masing-masing kelompok tipe A dan B mengerjakan (mempelajari) kegiatan yang berbeda (Tipe A mempelajari dan mengerjakan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri, Tipe B mempelajari dan mengerjakanidentitas trigonometri). Mereka bersama-sama dengan kelompok yang beranggotakan 4 orang tersebut mempelajari (mendiskusikan) materi yang mereka dapatkan sesuai tipe masing-masing, dan bersama-sama memecahkan materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.
5.    Setelah siswa-siswa tersebut sudah selesai mendiskusikan dan memahami tentang materinya masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok tipe A dengan 1 peserta didik dari kelompok tipe B, jadi mereka akan berpasang- pasangan antara tipe A dengan tipe B (satu kelompok). Kemudian guru membagiakan nomer kepada setiap siswa secara acak.
6.    Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
7.    Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.
8.    Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
9.    Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.
10.     Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.
11.     Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
12.     Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing siswa dalam materi trigonometri , guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning. Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.
13.     guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang telah disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
14.     Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling membantu.
15.     Guru mengucapkan alhamdulillah kemudian memberika kata mutiara “Semua orang terlahir genius (Howard Gardner). Karena itu tak pantas bagi kita merasa rendah diri atau merendahkan orang lain”. Kemudian  memberikan salam.
Demikian merupakan salah satu cara atau kegiatan untuk mengaplikasikan model pembelajaran cooperative script yang disajikan oleh penulis. Pada dasarnya tujuan dari  pembelajaran cooperatif script yaitu untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.












BAB III
         PENUTUP         

Kesimpulan
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan salahsatu cara atau strategi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yang diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok secil (satu kelompok terdiri dari dua orang/berpasangan), kemudian membagi materi ajar kepada siswa untuk dipelajari dan membuat ringkasan materi tersebut. Disini siswa dilatih untuk memberikan masukkan ide-ide atau gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan untuk mengomunikasikannya kepada teman sekelompoknya secara bergantian, siswa akan saling melengkapi satu sama lain. Dalam model pembelajaran ini mengikutsertakan semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswadapat memahami pelajaran dengan lebih mudah. Dalam cooperative scrip ini mengandung suatu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan motivator bagi siswa.













DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, yatim. 2009. “Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana prenada media grup.
Drs. H. Isjoni, Msi. 2009. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada. Dikutip dari http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperative-script.html . 05 Desember 2012,  19.43 (online).
Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice . Third
Edition.Massachusetts: Allyn and Bacon.
Slavin, Robert E. 2008. “Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan dari Cooperative Learning: theory, research and practice)”. Bandung : Nusa Media.
A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press.
Tampomas, Husain. 2003. “Sukses Ulangan dan Ujian Trigonomerti untuk SMU dan Sederajat”. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Muniroh, Khayyizatul. 2010. “Implementasi Pembelajaran Dengan Model Cooperative Script sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Kreativitas Dalam Pemecahan masalah Matematika Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Sleman. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta (skripsi-khayyizatul muniroh.pdf. online).
Anas Sudijono. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Dikutip dari ttp://pecintailmuallah.blogspot.com/2012/05/media-pembelajaran-dikaitkan-dengan.html. 05 Desember 2012, 20.21 (Online).

4 komentar:

  1. makasih mbak sangat membantu

    BalasHapus
  2. mau tanya dong, plise perlu jawaban yang cepat banget. model pembelajaran cooperative script bisa di pakek buat mata pelajaran seni budaya gak ?

    BalasHapus