Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran
Matematika
Pada Jurusan Tadris Matematika Semester
V
Disusun Oleh
Ijah
Nurhadijah
1410150139
Dosen Pengampu:
Widodo
Winarso, M.Pdi
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
TAHUN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengembangan
dalam dunia pembelajaran yang bergulir dari masa kemasa memperkaya khanzah
pembelajaran itu sendiri. Sebagai dunia yang dinamis dan terus berubah,
pembelajaran semakin menyempurnakan diri sesuai dengan kondisi dan situasi yang
ada saat ini. Pembelajaran semakin mengarah pada era kemandirian belajar,
didukung dengan sarana telekomunikasi yang semakin baik akan lebih mendekatkan
ruang, menghemat waktu, proses pembelajaran semakin fleksibel bagi semua orang.
Belajar adalah
suatu proses yang menyebabkan terjadinya suatu pembaharuan dalam tingkah laku,
berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada beberapa faktor yang
dibedakan menjadi dua faktor. Faktor tersebut antara lain, faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan,
kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi, 2004 : 138).
Memenuhi
tuntutan perkembangan jaman yang semakin maju, aspek pendidikan diharuskan
membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi lebih aktif dan kreatif.
Keaktifan siswa hendaklah melibatkan siswa itu sendiri agar secara langsung
belajar dan menemukan sebuah jawaban. Seringnya rasa malu siswa yang muncul
untuk berkomunikasi membuat kondisi kelas tidak aktif. Hal seperti ini
menyebabkan rendahnya prestasi siswa. Guru hendaknya memancing keaktifan siswa
melalui model-model pembelajaran yang sesuai.
Keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar
yang dialami siswa. Siswa dalam belajar diharapkan mampu mengalami perubahan
baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sikap-sikap yang harus diambil guru dalam proses
pembelajaran hendaknya sesuai dan mampu membangkitkan minat belajar siswa.
Matematika
disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi, matematika merupakan kunci utama dari
pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada
penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan
atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2003 : 42).
Hasil penelitian Suryadi (1999) pada
Pembelajaran MTK menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah cooperative learning.
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu
siswamemahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Model
cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim, (2000) dalam Isjoni (2009 : 27), yaitu :
1) Hasil Belajar
Akademik, 2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu,
3) Pengembangan
Keterampilan Sosial.
Slavin
(1994:175) mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan daya ingat siswa adalah pembelajaran dengan model cooperative
script. Dengan meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah di
peroleh sebelumnya, dapat pula mempermudah meningkatkan kreativitas siswa
karena kreativitas siswa merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan
data dan informasi yang sudah ada. Cooperative script adalah model
pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian
dari materi yang dipelajari.
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis dalam makala ini akan membahas salah satu cara
pembelajaran matematika yaitu dengan menggunakan “Model Pembelajaran Cooperative
Script”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Cooperative Script?
2. Apa
prinsip-prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative Script ?
3. Apa
kelemahan-kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script?
4. Bagaimana
langkah-langkah diri Model Pembelajaran Cooperative Script?
5. Bagaimana
cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script pada pembelajaran
matematika di sekolah?
C.
Tujuan
Pembahasan
Tujuan
pembahasan makala ini adalah agar kita dapat mengetahui definisi dari Model
Pembelajaran Cooperative Script, prinsip dari Model Pembelajaran Cooperative
Script, kelemahan-kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script,
langkah-langkah diri Model Pembelajaran Cooperative Script, serta bagaimana
cara mengaplikasikan Model Pembelajaran Cooperative Script pada pembelajaran
matematika di sekolah. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat membantu
kita sebagai calon pendidik matematika sebagai salahsatu alternatif atau
referensi untuk kita mengajar kelak. Kitasebagai pendidik menjadi termotivasi
untuk selalu menyajikan sistem pembelajaran yang tepat dan menyenangkan karena siswa
lebih tertarik dan mudah dalam memahami materi, sehingga prestasi dan hasil
belajar siswa dalam pelajaran matematika lebih meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Pembelajaran Cooperative Script
Metode
Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang
memiliki arti masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani
“Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya
ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang metode
yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang
teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori.
Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang
mengartikan metode yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk
mencapai tujuan.
Cooperative
berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong
royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi
persekutuan. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas
darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari
Cooperative skripsi adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Jadi
pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative Script
menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari.
Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana
siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan
bagian-bagian dari materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari(Online, Media
pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012).
Miftahul
A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam
ruangan kelas. Cooperative script merupakan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175). Hal tersebut sangat
membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan
konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative
script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami
banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa pendapat para ahli
mendefinisikan model pembelajaran cooperative script yaitu :
1. Model
pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam Slavin (1994)
adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran
dalam saat diskusi berlangsung.
2. Pembelajaran
Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi(2007:18) adalah
pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan
sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok
masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
3. Brousseau
(2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa modelpembelajaran cooperative
script adalah secara tidak langsung terdapat kontrakbelajar antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai caraberkolaborasi.
Berdasarkan
pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara satu dengan yang lainnya
memiliki maksud yang sama yaitu terjadisuatu kesepakatan antara siswa dengan
guru dan siswa dengan siswa untukberkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam
pembelajaran dengan cara-carayang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan
masalah yang terjadidalam kehidupan sosial siswa.
B.
Prinsip
Model Pembelajaran Cooperative Script
Model
pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning,
active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model
pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran
cooperative learning, prinsip-prinsipnya yaitu :
1. Siswa
harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2. Siswa
memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Siswa
harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama .
4. Siswa
harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para
anggota kelompok.
5. Siswa
akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Siswa
berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama
selama belajar.
7. Siswa
akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari
dalam kelompok kooperatif (Online, “karakteristik dan prinsip cooperative
learning” : 2009)
C.
Kelebihan
Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script
1. Kelebihan
model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut,
Miftahul A’la (2011: 98):
a. Melatih
pendengaran, ketelitian/kecermatan.
b. Setiap
siswa mendapatkan peran.
c. Melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Istarani (2011),
Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk
menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan),
daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan
hal-hal baru yang diyakininya benar.Model pembelajaran ini
mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada
kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan
belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima
perbedaan yang ada.
Model
pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi
siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan
prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa
dengan siswa yang lain.Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan
jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat
(meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini
memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan
keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.
2. Kelemahan
model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut,Miftahul
A’la (2011: 98):
a. Hannya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b. Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya
sebatas pada dua orang tersebut).
Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model
pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model
pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk
menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada
awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan
Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap
penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk
menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk
kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap
murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam
kelompok.
D.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Cooperative Script
Riayanto
(2009:280), Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajran coopertive
script adalah sebagai berikut :
1. Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru
membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru
dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya, sementara pendengar :
a. Menyimak/mengoreksi/melengkapi
ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b. Membantu
mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya.
5. Bertukar
peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali..
6. Merumuskan
kesimpulan bersama-sama siswa dan guru.
7. Penutup.
E.
Aplikasi
Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah
Berikut
ini akan disajikan salahsatu cara mengaplikasikan model pembelajaran
cooperative script pada pembelajaran matematika pada materi “Trigonometri” SMA/MA
di kelas X. Disini penulis memodifikasi penggunakan model pembelajaran
cooperative script tipe 3 dan memadukannya dengan model pembelajaran numbered
head together (NHT), dengan tujuan agar guru bisa mengontrol sejauh mana
pemahaman masing-masing siswa tentang materi. NHT merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk menigkatkan
penguasaan akademik. Dalam model NHT setiap siswa akan diberikan nomer kemudian
guru akan memanggil salah satu nomer siswa dengan nomer yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasamanya. Agar sistem belajar lebih menarik dansiswa lebih
termotivasidiadakan sistim kompetisi antar kelompok, yaitu menjawab
latihan-latihan soal. Cara ini dimaksudkan agar dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenagkan dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Langkah-langkah
aplikasi dari model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut :
1. Guru
memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan kemudian meminta salah satu
seorang murid untuk memimpin do’a. Kemudian guru memberikan topik pembelajaran
yang akan dipelajari, yaitu tentang materi trigonometri dan memberikan sedikit
pemjelasan tentang materi tersebut sebagai pengantar kepada siswa.
2. Guru
menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran ini
yaitu berupa Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar. Misalnya :
NO
|
STANDAR KOMPETENSI
(SK)
|
KOMPETENSI DASAR (KD)
|
1
|
Menggunakan
perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan
masalah.
|
Melakukan
manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan
perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri.
|
3. Guru membagi
peserta didik dalam 2 tipe kelompok yaitu tipe A dan tipe B. Masing-masing
kelompok dalam tiap-tipe beranggotakan 4 orang (A-1= 4 orang, A-2 = 4 orang
dst, B-1= 4, B-2 = 4 orang, dst). Apabila menggunakan model pembelajaran
cooperative script, guru tersebut alangkah lebih baiknya/harus terlebih dahulu
mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok
dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi
dan membantu satu sama lain. Hal ini
juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik,
bukan hanya kepada orang itu-itu saja.
4. Masing-masing
kelompok tipe A dan B mengerjakan (mempelajari) kegiatan yang berbeda (Tipe A mempelajari
dan mengerjakan perbandingan trigonometri dan fungsi trigonometri, Tipe B
mempelajari dan mengerjakanidentitas trigonometri). Mereka bersama-sama dengan
kelompok yang beranggotakan 4 orang tersebut mempelajari (mendiskusikan) materi
yang mereka dapatkan sesuai tipe masing-masing, dan bersama-sama memecahkan
materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.
5. Setelah
siswa-siswa tersebut sudah selesai mendiskusikan dan memahami tentang materinya
masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1
peserta didik dari kelompok tipe A dengan 1 peserta didik dari kelompok tipe B,
jadi mereka akan berpasang- pasangan antara tipe A dengan tipe B (satu
kelompok). Kemudian guru membagiakan nomer kepada setiap siswa secara acak.
6. Guru dan
peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
7. Seorang
peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan
tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta
didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide
pokok pembahasan yang kurang lengkap.
8. Bertukar
peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula
sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
9. Guru meminta
salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/diskusinya dengan
memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.
10. Diskusi
kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang
belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan
hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.
11. Guru
memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang
masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
12. Untuk lebih
memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing siswa
dalam materi trigonometri , guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan
didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut.
Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya
salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada
anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi
siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya
didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka
akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam
kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut
akan mendapatkan bintang kuning. Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang
paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan
kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok
tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan
mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-urut
(menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh
guru tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang
siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk
aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa cenderung
tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam satu kali
pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan
pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.
13. guru
membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang
telah disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
14. Guru
memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling
membantu.
15. Guru
mengucapkan alhamdulillah kemudian memberika kata mutiara “Semua orang terlahir
genius (Howard Gardner). Karena itu tak pantas bagi kita merasa rendah diri
atau merendahkan orang lain”. Kemudian
memberikan salam.
Demikian
merupakan salah satu cara atau kegiatan untuk mengaplikasikan model
pembelajaran cooperative script yang disajikan oleh penulis. Pada dasarnya
tujuan dari pembelajaran cooperatif
script yaitu untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan
pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang
bahagia dan memberikan kontribusi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Model
pembelajaran Cooperative Script merupakan salahsatu cara atau strategi seorang
guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yang diawali dengan membagi siswa
kedalam kelompok secil (satu kelompok terdiri dari dua orang/berpasangan),
kemudian membagi materi ajar kepada siswa untuk dipelajari dan membuat
ringkasan materi tersebut. Disini siswa dilatih untuk memberikan masukkan
ide-ide atau gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan untuk
mengomunikasikannya kepada teman sekelompoknya secara bergantian, siswa akan
saling melengkapi satu sama lain. Dalam model pembelajaran ini mengikutsertakan
semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran,
dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswadapat
memahami pelajaran dengan lebih mudah. Dalam cooperative scrip ini mengandung
suatu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa berperan aktif dalam
pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan
dan motivator bagi siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Riyanto, yatim. 2009.
“Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana prenada media grup.
Drs. H. Isjoni, Msi. 2009. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada. Dikutip dari http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperative-script.html
. 05 Desember 2012, 19.43 (online).
Slavin, R.E. 1994. Educational
Psychology: Theory and Practice . Third
Edition.Massachusetts:
Allyn and Bacon.
Slavin, Robert
E. 2008. “Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (diterjemahkan dari
Cooperative Learning: theory, research and practice)”. Bandung : Nusa Media.
A’la, Miftahul.
2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press.
Tampomas,
Husain. 2003. “Sukses Ulangan dan Ujian Trigonomerti untuk SMU dan Sederajat”.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Muniroh,
Khayyizatul. 2010. “Implementasi Pembelajaran Dengan Model Cooperative Script
sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Kreativitas Dalam Pemecahan masalah Matematika
Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Sleman. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta (skripsi-khayyizatul muniroh.pdf. online).
Anas Sudijono.
2003. Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo. Dikutip dari ttp://pecintailmuallah.blogspot.com/2012/05/media-pembelajaran-dikaitkan-dengan.html.
05 Desember 2012, 20.21 (Online).
makasih mbak sangat membantu
BalasHapusizin Copas,, thanks
BalasHapusizin copas yah
BalasHapusmau tanya dong, plise perlu jawaban yang cepat banget. model pembelajaran cooperative script bisa di pakek buat mata pelajaran seni budaya gak ?
BalasHapus