PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Evaluasi
Penbelajaran
Pada Jurusan Tadris Matematika Semester IV
Disusun Oleh Kelompok 3
Gita Diah Pitaloka (1410150134)
Ijah
Nurhadijah (1410150139)
Yeni Farikha (1410150165)
Dosen
Pengampu:
Dr. Edi Prio
Baskoro, M.Pd.
Ahmad Mabruri
Wihaskoro, S.Pd.I
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahn-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Evaluasi
Pembelajaran”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah
ini diajukan untuk
memenuhi tugas terstruktur
pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran, dengan harapan berguna bagi penyusun dan bagi pembaca pada
umumnya.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran yang
positif
dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini dan
pembuatan makala berikutnya.
Dalam
penulisan makalah ini saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Edi Prio Baskoro, M.Pd dan Ahmad Mabruri Wihaskoro, S.Pd.I selaku Dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.
Cirebon, 3 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .....................................................................................................
BAB I
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..........................................................................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
3. Tujuan Pembahasan..................................................................................................
DAFTAR
ISI ....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan
Instrumen Tes Tulis............................................................................
1.
Komponen
atau Kelengkapan Sebelum tes ..........................................................
2.
Hal-hal
yang Harus Dilakukan Sebelum Menulis Soal Tes Tulis
.........................
B.
Tes
Tulis
.......................................................................................................................
1.
Pengetian
Tes Tulis ...............................................................................................
2.
Kompenen
Kisi-kisi Tes Tulis ...............................................................................
3.
Langkah-langkah
Pembuatan Kisi-kisi .................................................................
C.
Fungsi
Tes Tulis Dan Cara Penilaiannya ....................................................................
1.
Tes
Formatif
.........................................................................................................
2.
Tes
Sumatif
..........................................................................................................
D. Penyusunan Soal Bentuk Tes Tulis
..............................................................................
1.
Dasar-dasar Penyusunan Tes Tulis .......................................................................
2.
Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes Tulis ..............................................................
E. Kelebihan Dan Kekurangan Tes Tulis
.........................................................................
1. Kelebihan Tes Tulis (Tes Obyektif)........................................................................
2. Kekurangan Tes Tulis (Tes Obyektif).....................................................................
3. Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif)........................................................................
4. Kekurangan Tes Tulis (Tes Subjektif)....................................................................
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN ................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................................
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Proses
terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi
adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan
mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu
keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut
dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa
setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap
hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh
siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat
mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam
evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui
tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen
evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau
informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk
obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan
atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan
dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal,
kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraia yang juga
disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas,
dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, seorang guru
harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes
atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik,
minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat
dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki
keterampilan untuk mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur
ketercapaian kopetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan
tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga kita bisa
mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pengembangan instrumen tes tulis ?
2.
Kompenen atau kelengkapan beserta hal-hal apa saja yang harus dilakukan
sebelum tes tulis berlangsung?
3.
Apakah tes tulis itu ?
4.
Kompenen dan langkah-langkah apa saja dalam pembuatan kisi-kisi tes tulis ?
5.
Sebutkan fungsi tes dan bagaimana cara penilaiannya ?
6.
Bagaimana cara penyusunan bentuk tes tulis itu ?
7.
Apa kelebihan dan kekurangan dari tes tulis ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan
pembahasan makala ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana pengembangan dan penilaian dari tes tulis itu,
sehingga kita dapat mengetahui berbagai
aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis.
Dan diharapkan makala ini dapat membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana
cara menentukan penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik. Dalam makala
ini juga membahas tentang masing-masing kelebihan dan kekurangan yang terdapat
dalam tes tulis. Semoga malakah ini bisa bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS
1.
Komponen atau
Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :
a.
Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.
b.
Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi testee untuk
mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan lembaran
nomer dan huruf a, b, c, d. Menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c.
Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban
ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes bentuk uraian yang
dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan
ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya kunci jawaban ini adalah agar :
·
Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
·
Pemeriksaannya benar.
·
Dapat dilakukan dengan mudah.
·
Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d.
Pedoman
penilaian (pedoman skoring), berisi keterangan perincian tentang skor atau
angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.
2.
Hal-hal yang harus di lakuakn sebelum menulis soal tes tulis
sebelum
menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:
· menentukan
tujuan tes
· menyusun
kisi-kisi soal
· penulisan
soal
· pemberian
skor
·
pelaporan hasil tes
Contoh pedoman penilaiaan :
·
Tiap soal
diberi skor 1.
Jumlah skor : 1x10 = 10.
·
Tiap soal
diberi skor 2.
Julah skor : 2x5 = 10
·
Jumlah skor 20
Skor maksimum 40
B. TES TULIS
1. Pengartian Tes Tulis
Tes
secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes
juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam
bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Tes tulis merupakan suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis.
Tes tertulis mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes
obyektif (tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan terbatas), yang kedua yaitu Tes Subjektif/Essai (tes tertulis yang meminta siswa
memberikan jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang
pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes).
2. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal
yang harus dilakukan adalah menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue
print, table of specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi
sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
·
Jenis sekolah/kelas/semester
·
Mata pelajaran
·
Kurikulum yang diacu
·
Alokasi waktu
·
Jumlah soal
·
Bentuk soal
·
Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
·
Jenis kompetensi yang akan diukur
(ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi)
·
Banyaknya soal yang akan disusun untuk
masing-masing bahan pengajaran dan kompetensi/aspel intelektual yang akan
diukur.
·
Bentuk soal
·
Tingkat kesukaran masing-masing soal.
3.
Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
·
Mendaftar pokok-pokok materi
yang akan diteskan (berdasarkan silabus)
·
Memberikan imbangan bobot/presentase
untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman
materi)
·
Merinci banyaknya butir soal (proporsi
jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
·
Menentukan proporsi/prosentase untuk
setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap pokok-pokok materi
(perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
·
Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
·
Pemberian nomor item.
C. FUNGSI
TES DAN CARA PENILAIANNYA
Tes
mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
1. Tes
Formatif
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada
murid-murid pada setiap akhir program satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk
mengetahui sampai dimana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan
atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional
khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan
instruksional khusus telah dirumuskan dengan tepat, distribusi tingkat
kesukaran soal-soal (item tes) dan daya pembeda masing-masing soal tidak begitu
penting. Yang penting adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di dalam progam satuan
pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut
adalah standar mutlak. Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan instruksional khusus
telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui status setiap siswa
dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis
pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
1)
Pengolahan
untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap soal, misalnya
:
Soal Nomer
|
% siswa yang gagal
|
1
|
30 %
|
2
|
85 %
|
3
|
60 %
|
dan sebagainya
|
dan seterusnya
|
Untuk
soal bentuk uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan
sebagai siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan..
2)
Pengolahan
untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara keseluruhan ditinjau
dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :
Nama Siswa
|
Hasil yang dicapai
( % jawaban yang memuaskan)
|
1.
Iswa
|
90 %
|
2.
Jamilah
|
60 %
|
3.
Nurwiyatsih
|
75 %
|
dan seterusnya
|
dan seterusnya
|
Sebagai
contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah 60, angka
yang dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan
kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages correction
(hasil yang dicapai setiap siswa
dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keteranagan
:
S
= niali yang diharapkan
R
= jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N
= skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
·
dilakukan pada saat berlangsungnya
proses belajar mengajar
·
di
lakukan secara periodik
·
mencakup semua mata pelajaran yang telah
di ajarkan
·
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
dan kegagalan proses belajar mengajar
·
dapat di gunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar.
2. Tes
Sumatif
Tes sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau
setiap semester (yang baik adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit
atau bagian bahan pelajaran telah selesai diajarkan melalui satuan-satuan
pelajaran). Fungsi tes sumatif ialah untuk menilai prestasi siswa, sampai
dimana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam
jangka waktu tertentu. Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan
kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah.
Oleh karena itu pada umumnya jumlah item atau soal-soal tes sumatif lebih
banyak daripada item tes formatif, dan bentuk soalnya pun dapat terdiri atas
campuran beberapa bentuk item tes (seperti true-false, multiple, choice,
completion, matching, dan essay).
Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang
digunakan yaitu nilai-nilai standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor
standar Z), atau persentile. Skor mentah yang diperoleh seorang siswa dari
suatu tes sumatif yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes merupakan jumlah
skor dari tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus
masing-masing. Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan kedalam nilai
skala 1-10 dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes
sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
·
materi yang di ujikan meliputi seluruh
pokok bahasan dan tujuan pengajaran
·
dalam satu program tahunan atau semester
di lakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
·
bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan belajar peserta
didik secara menyeluruh
·
hasil penilaian sumatuf di gunakan
antara lain untuk menentukan kenaikan kelas, kelulusan sekolah dan lain-lain.
D. PENYUSUNAN SOAL
BENTUK TES TULIS
1. Dasar-Dasar Penyusunan Tes
Tertulis
·
Tes harus dapat mengukur apa-apa yang
dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional
ynag tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.
·
Tes yang tersusun benar-benar mewakili
bahan yang telah dipelajari.
·
Tes hendaknya disesuaikan dengan
aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
·
Tes hendaknya disusun sesuai dengan
tujuan penggunaan tes itu sendiri, karena tes dapat disusun untuk keperluan :
pretes/postes, materi tes, tes diagnostic, tes prestasi belajar, tes formatif,
dan tes sumatif.
·
Tes hendaknya dapat diguankan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
·
Tes yang disusun mempertimbangkan
proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan taraf kemampuan siswa.
·
Petunjuk pengerjaan soal
jelas dan sesuai dengan persoalan yang
disajikan.
·
Tes disusun dengan
mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal pada
masing-masing jenis soal.
·
Penulisan soal menggunakan bahasa yang
benar.
2.
Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes Tulis
Ada dua bentuk penyusunan soal tes
tertulis, yaitu:
1.
Soal dengan
memilih jawaban. Seperti pilihan
ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan.
a. Pilihan Ganda
(multiple choice test)
Tes pilihan
ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan
ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta
didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal
ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan
kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur
kemampuan / perilaku secara objektif. Contoh soal pilihan ganda :
Berilah
tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Jika
musim hujan, maka harga payung naik. Jika harga payung naik, maka Iswa tidak
membeli payung. Jadi, jika musim hujan, maka Iswa tidak membeli payung.
Penarikan
kesimpulan seperti diatas disebut.......
a. silogisme c. konklusi e.
Modus tollens
b. hipotesis d. modus ponens
Bentuk tes pilihan ganda (PG) ini
merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali
materi yang dapat dicekup. Bentuk-bentuk soal yang digunakan yang ada dalam
Ebtanas maupun UMPTN yaitu :
·
Pilihan ganda
bisa.
·
Hubungan antar
hal (pernyataan-SEBAB-pernyataan).
Contoh soal
bentuk hubungan antarhal yang terdiri dari dua buah pertnyataan dengan kata
“sebab” di antara keduanya, sudah disajaikan sebagai contoh soal analisis.
·
Kasus (dapat
muncul dalam berbagai bentuk).
·
Diagram,
gambar, tabel, dan sebagainya.
·
Asosiasi.
Contoh soal bentuk asosiasi yaitu :
Petunjuk pilihan :
ü Jika (1), (2), dan (3) betul
ü Jika (1) dan (3) betul
ü Jika (2) dan (4) betul
ü Jika hanya (4) yang betul
ü Jika semuanya betul
Soal :
Ditinjau dari tata bentuk kata,
maka gabungan kata yang betul diantara empat gabungan kata berikut adalah :
(1)
Perserikatan
bangsa-bangsa
(2)
Para alumnus
(3)
Suatu
pemikiran-pemikkiran
(4)
Dewan gereja
Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan :
a)
Mencoren
kemungkinan jawaban yang tidsk benar
b)
Memberi garis
bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar)
c)
Melingkari atau
memberi tanda kurung pada huruf didepan jawaban yang dianggap benar. Yang
sering kita temui adalah melingkari huruf di depan jawaban yang dianggap benar.
d)
Membubuhkan
tanda kali (X) atau tanda (-) di dalam kotak atau tanda kurung didepan jawaban
yang yang telah disediakan.
e)
Menuliskan
jawaban pada tempat yang telah disediakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tes pilihan ganda diantanyanya yaitu :
1)
Instruksi
pengerjaanya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
2)
Dalam pilihan
ganda hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal
tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomer satu, benar nomer dua, dan
sebagainya.
3)
Kalimat
pokoknyan hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang dapat
dipilih.
4)
Kalimat pada tiap
butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
5)
Usahakan
menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
6)
Dilihat dari
segi bahasanya, butir-butir soal jangan telalu sukar.
7)
Susunlah agar
jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
8)
Alternatif-alternatif
yang disajikan hendaknya agak seragamdalam panjangnya, sifat uraianya maupun
taraf teknis dan agak bersifat homogen mengenai mengenai isinya dan bentuknya.
9)
Hindarkan
pengulangan suara atau penglangan kata pada kalimat pokok di
alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang
mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah
jawaban yang benar.
10)
Hindarkan
menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran . karena yang terungkap
mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
11)
Soal
harus sesuai dengan indicator
12)
Pilihan
jawaban harus homogen da logis dari segi materi
13)
Menggunakan
bahasa baku
14)
Menggunkana
bahasa komunikatif, lugas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Efektifitas pengecoh di lakukan dengan
menghitung peserta tes yang memilih tiap alternatif jawaban pada masing-masing
item. Kriteria
pengecoh yang baik adalah apabila pengecoh tersebut di pilih paling sedikit 5%
dari peserta tes.
Cara
mengolah skor pilihan ganda yaitu
:
Untuk
mengolah skor dalam tes pilihan ganda ini di gunakan dua macam rumus, yaitu:
a) Dengan
denda, Degan rumus :
S
= skor yang di peroleh (Raw Skor)
R
= jawaban yang betul
W
= jawaban yang salah
n = banyaknya opinion
1
= bilanngan tetap
Contoh : murid
menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choise ini dengan menggunakan opinion sebanyak 4 buah.
Skor = 17 -
=
16
b) Tanpa
denda, dengan rumus :
b.
Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)
Bentuk soal dua pilihan jawaban
(true-false) ini menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan jawaban
yaitu benar dan salah atau ya dan tidak. Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab
soal), yakni :
·
Dengan
pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
·
Tampa
pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau tanpa memberikan jawaban yang benar.
Kaedah penulisan soal dengan dua pilihan yaitu :
a) Hindari
penggunaan kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya sebagian besar dan kata
lainnya yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes.
b) Jumlah
rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatife sama.
c) Hindari
pernyataan negative! Contoh: (B-S) Haji bukan
rukun islam
d) Hindari
penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda! Contoh: (B-S) Banyak anak sekolah yang terlibat
tawuran
e) Hindari
pengambilan kalimat langsung dari buku teks, hal ini cenderung membuat peserta
tes untuk menghafal daripada memahami dan menguasai konsep.
Kebaikan tes benar
salah :
· Dapat
mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
· Mudah
menyusunnya.
· Dapat
digunakan berkali-kali.
· Dapat
dilihat secara cepat dan objektif
· Petunjuk
cara mengerjakaannya mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar salah :
· Sering
membingungkan.
· Mudah
ditebak atau diduga.
· Banyak
masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau
salah.
· Hanya
dapat mengungkap daya ingatan dan pengenlan kembali.
Contoh soal :
Mana diantara bentuk
soal di bawah ini yang tepat!
B S
Gunung Kelud terletak di Propinsi Jawa Timur
B S
Gunung Kelud letaknya bukan di Propinsi Jawa Timur
Cara mengolah skor
a. Dengan
denda
S = skor yang diperoleh
R = jawaban benar
W = jawaban salah
Contoh
:Jumlah
soal = 10 buah
Iswa menjawab betul 8 soal, maka skor yang diperoleh berlian 8 – 2 = 6
Atau
menggunakan rumus kedua yaitu :
Ket : T singkatan dari total (jumlah soal dalam tes)
Contoh : iswa menjawab soal yang salah sebanyak 4 soal
dari 20 soal. Maka skor yang diperoleh isawa adalah s=10-(2x2)=6
b. Tanpa
denda
(untuk soal yang tidak dikerjakan nilainya 0)
c. Bentuk Soal Menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang
memasangkan kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari
kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama lain). Soal
bentuk menjodohkan (matching) adalah
bentuk soal yang terdiri atas dua kelompok pernyataan. Lajur sebelah kiri
merupakan soal atau pernyataan, sedangkan lajur sebelah kanan merupakan jawaban
atau respon.
Kaidah penulisan soal
menjodohkan adalah sebagai berikut :
· Tulislah
seluruh pernyataan soal disebelah kiri!
· Tuliskan
seluruh pernyataan jawaban disebelah kanan!
· Beri
petunjuk yang baik berdasarkan pencocokan!
· Buat
semua jawaban masuk akal!
· Jawaban
harus pendek
· Pernyataan
jawaban harus lebih banyak daripada pernyataan soal
Contoh
soal :
Pasangkan
pertanyaan di lajur kiri dengan jawaban di sebelah kanan
1. Transmigrasi
……….. a. Pindahnya penduduk antara
pulau di dalam satu Negara
2. Imigrasi
…………….. b. Pindahnya penduduk dari desa ke kota
c. pindahnya
penduduk ke Negara lain
Cara Mengolah Skor
Skor
dihitung berdasarkan jawaban yang benar saja
|
2.
Soal dengan
mensuplai-jawaban. Seperti isian atau
melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan soal uraian.
a.
Bentuk Soal melengkapi
Soal
melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban atau
melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan soal
melengkapi :
· Dalam
membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata yang dihilangkan
· Jawaban
yang diinginkan benar-benar dibatasi
· Jika
pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakan dalam satuan-satuan
tertentu
· Jangan
mengambil langsung dari buku teks
Cara menskor bentuk soal melengkapi :
Contoh soal
:
1. Piso
Surit dan Sengko adalah lagu-lagu daerah dari propinsi mana?
…………..
2. Air
akan membeku pada suhu ………. Derajat Fahrenheit
b.
Bentuk Soal Tes Jawaban Singkat Atau Pendek
Soal bentuk
jawaban singkat adalah soal yang jawabannya ditandai dengan adanya tempat
kosong yang disediakan bagi pembuat tes untuk menuliskan jawabannya sesuai
dengan petunjuk.
Kaidah Penulisan tes jawaban singkat
· Soal
harus sesuai dengan indicator
· Jawaban
yang benar hanya satu
· Rumusan
kalimat soal harus komunikatif
· Butir
soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
· Tidak
menggunakan bhasa local
Cara
menskor tes jawaban
singkat atau pendek :
Contoh soal bentuk melengkapi
(completion)/jawaban singkat.
umrah sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih
jawaban benar-salah, isian singkat, dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
c.
Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah
alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas
serta sulit untuk menyusun pedoman penskorannya.
Menulis soal uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskan
soalnya.
Berdasarkan
penskorannya, tes uraian dibagi menjadi dua:
1. Soal
uraian terikat, yaitu soal atau pertanyaan yang menuntut jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu.
2. Soal
uraian bebas, yaitu soal yang menuntut jawaban berupa pengertian/konsep menurut
pendapat setiap peserta tes sehingga penskorannya sukar dilakukan secara
objektif.
Kaidah penulisan soal
uraian:
· Mengacu
pada kompetensi
· Pertanyaan
harus menggunakan kata Tanya yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, jelaskan, bandingkan, hubungkan,
buktikan dan hitunglah
· Petunjuk
harus jelas sehingga peserta didik mudah mengerjakannya
· Dilengkapi
dengan pedoman penskoran
· Hal-hal
yang menyertai soal, seperti tabel, bambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
harus disajikan dengan jelas
· Bahasa
harus komunikasi
· Rumusan
kata-kata tidak boleh menimbulkan penafsiran ganda
· Menggunakan
bahasa baku
Perhatikan contoh
berikut
Contoh 1 soal uraikan
terikat
Kompetensi dasar:
Memahami bangun
segitiga
Masalah
Iswa mengatakan,”Saya dapat
menggambarkan sebuah segitiga dengan dua sudutnya siku-siku”. Setujukah kamu
dengan pendapat intan? Jelaskan alasanmu!
Level
|
Diskripsi
dan contoh jawaban peserta didik
|
0
|
Jawaban
yang sesuai. Tidak menggunakan bahasa
Geomertri. “Saya setuju dengan intan karena ia dapat mengerjakannya”
|
1
|
Jawaban
salah, tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan. “Ya, karena semua segitiga
memiliki sudut siku-siku dan lawannya”. “Ya, kita dapat membuat yang satu di
atas dan yang satu di bawah.” Sebagian dijawab benar tetapi penalarannya
salah: “Tidak, karena semua segitiga memiliki segitiga siku-siku”.
|
2
|
Jawaban
benar, tetapi penalarannnya tidak lengkap atau jelas. “Tidak, karena kita
hanya dapat menempatkan satu segitiga siku-siku pada sebuah segitiga”
“Tidak,
ini mungkin persegi atau persegi panjang”.
|
3
|
Jawaban
benar, tetapi penalarannya baik. Penjelasannya lebih lengkap dari level 2,
tetapi mengandalkan pada pengetahuan kongkret atau visual daripada
pengetahuan abstrak.
“Karena
jika kita menempatkan 2 sudut siku-siku secara bersama, kita memilki 3 sisi,
dan sisi-sisi tersebut tidak tertutup.”
“Tidak,
karena jika kita menggambarkan 2 sudut siku-siku dan mencoba
menghubungkannya, kita akan mendapatkan persegi atau persegi panjang, dua
sudut siku-siku selalu memiliki 3 sisi.”
|
4
|
Jawaban
yang sempurna, peserta didik menggunakan pengetahuan dari segitiga dan sudut.
“segitiga
memiliki tiga sudut dan jumlahnya180, jika ada dua segitiga siku-siku, maka
besarnya 180, tetapi ini hanya dua sudut.”
“Bagaimana
mungkin kita memiliki dua sudut siku-siku yang berarti sama dengan 180 karena
kita hanya memiliki 2/3 dari segitiga yang kita kerjakan?”
“Kita
akanmemiliki dua sisi parallel”
|
Cara
menskor :
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
·
materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada
kurikulum;
·
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan
harus jelas dan tegas.
·
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/
kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
3. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik
yaitu:
a.
Validitas
Jika data yang
dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai dengan kenyataan. Maka
instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila
tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
b.
Reliabilitas
Kata reabilitas
dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris,
berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Jika dihubungkan
dengan validitas maka validitas adalah ketepatan sedangkan reliabilitas adalah
ketetapan.
c.
Objektivitas
Sebuah tes
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem
skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan
ketetapan dalam hasil tes.
d.
Praktikabilitas
Sebuah tes
dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya), mudah
pengadministrasiaanya.
e.
Ekonomis
Yang dimaksud
dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
E. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TES TULIS
1. Kelebihan Tes tulis (Tes
obyektif ) yaitu :
a.
Dapat mencakup ruang lingkup
materi yang luas
b.
Lebih representatif mewakili isi
dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur
subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa
c.
Lebih mudah dan cepat cara
pemeriksaannya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil
kemajuan teknologi.
d.
Pemeriksaannya dapat diserahkan
kepada orang lain.
e.
Dalam pemeriksaannya tidak ada
unsur subjektif yang mempengaruhi.
2.
Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :
a.
persiapan untuk menyusunnya jauh lebih
sulit daripada tes esay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelemahan yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat
rendah)
b.
Soal-soalnya cenderung untuk
mengungkapakan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk
mengukur proses mental yang tinggi.
c.
Banyak kesempatan untuk main
untung-untungan.
d.
Kerjasama antarsiswa pasa waktu
mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e.
Tidak menuntut penalaran siswa.
f.
Tidak membutuhkan pemikiran
analistis maupun sistematis.
3.
Kelibihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a.
Penyusunan soalnya mudah disiapkan
dan disusun.
b.
Tidak memberi banyak kesempatan
untuk berspekulasi atau untung-untungan (menebak jawaban).
c.
Mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat serta menyusun dalan bentuk kalimat yang bagus
d.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e.
Dapat diketahui sejauh mana siswa
mendalami suatu masalah yang diteskan.
f.
Dapat melatih siswa berfikir
logis, analistis, dan sistematis.
4.
KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a.
Kadar validitas dan realibilitas
rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang
betul-betul telah dikuasai.
b.
Kurang representatif dalam hal
mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya
beberapa saja (terbatas).
c.
Cara memeriksanya banyak
dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.
Pemeriksaanya lebih sulit sebab
membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e.
Waktu untuk koreksinya lama dan
tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
f.
Cakupan materi terbatas atau
sempit.
g.
Yang diukur cenderung tingkat
kecerdasan kognitif tinggi
Ket
: apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes
subjektif dan sebaliknya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tes
tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di setiap
kegiatan penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-masing
bentuk penilaian tes tulis mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya, seorang
pendidik ingin menfadakan UTS, maka pendidik dapat membuat soal dalam bentuk
pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah dalam pengoreksiannya.
Macam-macam penilaian
tes tulis (bentuk instrumen)
meliputi:
·
tes benar salah
·
tes menjodohkan
·
tes pilihan ganda
·
tes melengkapi
·
uraian
objektif dan non objektif (uraian bebas)
·
dan tes jawaban singkat.
Tes mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi
sumatif. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
·
Validitas
·
Reliabilitas
·
Objektivitas
·
Praktikabilitas
·
Ekonomis
Dalaam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga
alat bantu yaitu :
1.
Pembantu
menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
2.
Pembantu
menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring.
3.
Pembantu
menentukan angka, disebut pedoman penilaan.
Dalam penulisan tes tulis, masing-masing memiliki kekurangan dan
kelebihannya. Kekurangan-kekurangan dalam tes tulis dapat diminimalisir
sedemikian mungkin agar kekurang-kekurangan tersebut bisa sdikit teratasi.
Tabel Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen :
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
• Tes tertulis
|
• Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan
uraian
|
• Tes lisan
|
• Daftar pertanyaan
|
• Tes praktik (tes kinerja)
|
• Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
|
• Penugasan individual atau kelompok
|
• Pekerjaan rumah
• Projek
|
• Penilaian portofolio
|
• Lembar penilaian portofolio
|
• Jurnal
|
• Buku cacatan jurnal
|
• Penilaian diri
|
• Kuesioner/lembar penilaian diri
|
• Penilaian antarteman
|
• Lembar penilaian antarteman
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Reverensi). Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002.
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (cetakan ke 7). Jakarta: PT Bumi Aksara. 1991.
Purwanto,
Ngalim. Prinsip-Prinsip Daan Teknik
Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
Azwar,
Saefuddin. Tes Prestasi. Yogyakarta: Percetakan
Pustaka Pelajar Offset. 1996.
Departemen
Pendidikan Nasional Direktor Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Perangkat
Penilaiaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMA. 2008.